BLANTERORIONv101

Faktor Penyebab Obesitas Pada Anak

21 September 2016
Obesitas pada anak

Belakangan ini, kita dikagetkan dengan kasus anak yang mengalami kegemukan ekstrem bernama Arya. Bayangkan, diusianya yang baru 10 tahun memiliki berat badan hampir mencapai 190 kilogram. Menurut ahli, maksimal berat badan untuk anak seusia Arya adalah 50 kilogram. Artinya, kelebihan berat badan yang ditanggung Arya sekitar tiga perempat dari berat badan maksimal anak seusianya. Bagaimana kondisi obesitas seperti ini dapat terjadi?

Obesitas Arya

Dahulu, gemuk merupakan suatu kebanggaan dan menjadi salah satu kriteria untuk mengukur kesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan. Namun, dalam perkembangan selanjutnya justru sebaliknya. Kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan peningkatan kematian.

Obesitas yang biasa dikenal dengan kelebihan lemak tubuh saat ini menjadi masalah kesehatan yang penting dengan prevalensi yang terus menerus meningkat di seluruh dunia. Meningkatnya obesitas berhubungan dengan berbagai penyakit penyerta dan saat ini menjadi masalah yang serius. Tidak hanya di masyarakat negara maju, tetapi juga di negara berkembang.

Untuk menentukan seseorang menderita obesitas atau tidak, cara yang paling sering digunakan adalah menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Untuk anak-anak pada masa tumbuh kembang (usia 2-20 tahun), penentuan obesitas ditentukan dengan menggunakan grafik CDC 2000 dengan persentil sama dengan atau di atas 95 dikategorikan sebagai obesitas.

Rumus Indeks Masa Tubuh (IMT)
Klasifikasi Obesitas

Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang dikeluarkan, sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk lemak. Obesitas juga merupakan penyakit dengan penyebab yang sangat kompleks dan belum diketahui sepenuhnya sehingga beberapa faktor mungkin berperan dalam menyebabkan obesitas pada anak, antara lain:
  1. Faktor Keturunan. Sebagian besar anak yang obesitas biasanya berasal dari keluarga yang menderita obesitas. Menurut studi, apabila kedua orang tua obesitas, kemungkinan 80% anak-anak mereka akan menjadi obesitas. Ketika salah satu orang tua obesitas maka kemungkinan obesitas pada anak-anak mereka menjadi 40%. Sedangkan apabila kedua orang tua tidak menderita obesitas maka kemungkinan anak mengalami obesitas turun menjadi 14%. Peningkatan risiko tersebut mungkin disebabkan pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga.
  2. Pola makan. Pola makan anak yang dimulai sejak anak mengenal makanan selain Air Susu Ibu (ASI). Pemberian susu botol pada bayi yang cenderung diberikan dalam jumlah yang berlebihan, berisiko menjadi obesitas dibanding yang diberikan ASI saja. Hal ini berakibat pada anak yang nantinya akan terbiasa mengonsumsi makanan melebihi kebutuhannya hingga berlanjut ke masa sekolah. Anak-anak usia sekolah memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dan minuman ringan (soft drink) yang umumnya mengandung 40-50%-nya berasal dari lemak dan gula. Dengan diperparah kebiasaan mengonsumsi makanan camilan yang banyak mengandung gula dan lemak sambil menonton telivisi.
  3. Aktivitas Fisik. Di mana saat ini pola aktivitas anak cenderung menurun. Anak-anak lebih banyak bermain di dalam rumah dibandingkan di luar rumah, misalnya bermain gadget, bermain games komputer, maupun menonton televisi. Kegiatan tersebut akan menurunkan aktivitas dan keluaran energi pada anak karena mereka jarang berjalan, bersepeda, atau naik-turun tangga.
bebas obesitas