BLANTERORIONv101

Tren Hipertensi di Indonesia

23 Agustus 2016
mengukur tensi darah

Kita hidup di lingkungan yang sangat cepat berkembang. Urbanisasi, globalisasi, dan gaya hidup yang tidak sehat berdampak pada banyak masalah kesehatan. Baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang menghadapi masalah kesehatan yang sama, yaitu penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, gagal ginjal kronis, dan lain-lain.

Pasalnya, penyakit-penyakit tidak menular ini telah menyalip penyakit menular sebagai penyebab utama kematian di dunia. Salah satu faktor risiko yang sering menjadi penyebab penyakit tidak menular adalah hipertensi atau peningkatan tekanan darah. Hipertensi telah memengaruhi satu milliar orang di dunia yang menyebabkan jantung dan stroke. Namun, hipertensi dapat dicegah dengan deteksi dini dan gaya hidup yang sehat.

Di seluruh dunia, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari total seluruh kematian. Di negara-negara anggota WHO, prevalensi hipertensi tertinggi adalah di Afrika, yaitu 46% untuk kedua jenis kelamin. Sebaliknya, prevalensi hipertensi terendah berada di Amerika dengan prevalensi untuk kedua jenis kelamin sekitar 35%. Di semua negara anggota WHO, laki-laki memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.

Seperti negara anggota WHO lain, Indonesia juga memiliki tantangan yang besar terkait hipertensi. Walaupun prevalensi hipertensi dari tahun ke tahun mengalami perubahan, angka prevalensi hipertensi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi yang meningkat di kedua jenis kelamin. Sedangkan dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan prevalensi yaitu menjadi 25,8%, dengan prevalensi yang lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki (28,8% untuk perempuan dan 22,8% untuk laki-laki). Penurunan tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor, misalnya alat pengukur tensi yang berbeda dan masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya hipertensi.

Akan tetapi dari total prevalensi hipertensi 25,8% pada tahun 2013, hanya 36,8% kasus yang terdiagnosis, sedangkan 63,2% lainnya tidak terdiagnosis. Hipertensi yang tidak terdiagnosis atau tidak terkontrol dapat berdampak pada komplikasi kardiovaskuler yang lebih serius. Hipertensi dapat menyebabkan serangan jantung, pembesaran jantung, dan akhirnya gagal jantung. Pembuluh darah dapat mengembang menjadi tonjolan (aneurisma). Tekanan tinggi membuat titik lemah dalam pembuluh darah menjadi lebih mungkin untuk menyumbat dan meledak. Tekanan di dalam pembuluh darah juga bisa menyebabkan darah bocor ke otak dan menyebabkan stroke. Hipertensi juga dapat menyebabkan gagal ginjal, kebutaan, pecahnya pembuluh darah, dan gangguan kognitif.

komplikasi hipertensi

Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan  secara linier dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Hal ini merupakan tantangan bagi seluruh warga Indonesia di masa kini dan masa yang akan datang.