BLANTERORIONv101

Epilepsi

Ringkasan

Epilepsi atau ayan adalah terjadinya dua atau lebih bangkitan kejang tanpa provokasi yang dipisahkan oleh interval lebih dari 24 jam.

Insiden epilepsi pada populasi umum diperkirakan 20-70 per 100.000 orang per tahun, dengan prevalensi 4-10 per 1000 orang. Insiden lebih tinggi pada anak daripada orang dewasa, dan tertinggi pada neonatus. Namun demikian, kurang dari sepertiga kasus kejang pada anak disebabkan oleh epilepsi.

Penyebab

Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dibagi dua, yaitu idiopatik dan simptomatik. Epilepsi idiopatik (disebut juga sebagai epilepsi primer) merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui. Sejumlah ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh faktor genetik (keturunan). Sedangkan epilepsi simptomatik (disebut juga epilepsi sekunder) merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya diketahui, misalnya: cidera kepala berat, tumor otak, stroke, infeksi dan lain sebagainya yang mungkin bisa merusak otak.

Gejala

Gejala utama penyakit epilepsi adalah kejang berulang. Berdasarkan gangguan pada otak, kejang epilepsi dibagi menjadi dua, yaitu kejang parsial dan umum.

Pada kejang parsial (focal), otak yang mengalami gangguan hanya sebagian saja. Kadang-kadang, kejang parsial memengaruhi kesadaran penderita sehingga pasien terlihat seperti bingung atau setengah sadar.

Sedangkan pada kejang umum akan membuat orang menangis atau mengeluarkan beberapa suara dan memiliki gerakan ritmis pada lengan dan kaki. Hal ini biasanya disertai dengan: Mata terbuka lebar, kesulitan bernapas untuk beberapa saat sehingga badan terlihat pucat atau bahkan membiru, kembali ke kesadaran secara bertahap dan pasien mungkin bingung untuk beberapa waktu, dan tubuh yang menjadi kaku selama beberapa detik. Hal ini biasanya diikuti dengan gerakan-gerakan ritmis pada lengan dan kaki atau tidak sama sekali.

Diagnosa

Selain melihat gejala dan riwayat medis Anda, dokter dapat melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis kondisi Anda. Beberapa tes yang umumnya dilakukan dokter untuk mendiagnosis penyakit epilepsi adalah:
  • Pemeriksaan neurologis
  • Tes darah
  • Electroencephalogram (EEG)
  • Computerized tomography (CT) scan
  • Magnetic resonance imaging (MRI)
  • Functional MRI (fMRI)
  • Positron emission tomography (PET)
  • Single-photon emission computerized tomography (SPECT)

Terapi

Hingga kini memang belum ada obat atau metode yang mampu menyembuhkan kondisi ini sepenuhnya. Meski begitu, obat antiepilepsi atau OAE mampu mencegah terjadinya kejang sehingga penderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal dengan mudah dan aman.

Sesuai kesepakatan dokter neurologi anak IDAI terapi dimulai jika interval antara 2 episode kejang kurang dari 6 bulan.

Prinsip pengobatan epilepsi adalah monoterapi dengan dosis yang bisa memberantas kejang. Mulai dengan dosis kecil terlebih dahulu, naikkan secara bertahap jika masih terdapat kejang. OAE dapat dinaikan sampai dosis maksimal, jika dengan dosis maksimal masih terdapat kejang, dapat dipertimbangkan pemberian OAE kedua.

Jika dengan 2 OAE kejang sudah terkontrol, OAE pertama dapat dicoba diturunkan secara bertahap. Tetapi jika dengan monoterapi kedua kejang kembali ada maka tetap diberikan politerapi dengan 2 OAE.

Lama pemberian OAE sampai 2 tahun bebas kejang, EEG ulang dilakukan untuk evaluasi jika hasil EEG normal OAE dapat diturunkan bertahap selama 3-4 bulan. Jika EEG abnormal, OAE dilanjutkan sampai 3 tahun bebas kejang, setelah itu dilakukan evaluasi EEG ulang.

Selama pengobatan jika masih ada kejang, sebelum menaikkan dosis OAE atau menambah OAE dinilai dahulu kepatuhan minum obat, adakah faktor pencetus kejang.
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.